Minggu, 02 November 2008

Living in The Wrong Planet

Apa Anda tahu novel yang berjudul “Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran”? Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah artikel tentang novel ini di sebuah harian nasional. Artikel itu bukan sebuah resensi langsung tentang novel bersampul merah muda menyala ini tetapi tentang dampaknya terhadap seorang gadis. Dia menyadari bahwa dia menderita sindrom Asperger setelah membaca novel karya Mark Haddon yang sangat unik ini. Sebelumnya dia hanya merasa memiliki kesulitan-kesulitan dimasa kecil yang membuat dirinya lain dangan anak-anak biasa dan beruntung karena orang tuanya memberikan dukungan yang tepat. Dia mampu mengatasi sindrom ini perlahan-lahan ketika dia mulai beranjak dewasa. Sejak membaca artikel itu, saya menjadi betul-betul penasaran dengan novel tersebut dan akhirnya saya dapat memilikinya pada tahun 2006.

“Insiden Anjing di Tengah Malam yang Bikin Penasaran” bercerita tentang petualangan Christopher Boone, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dengan sindrom Asperger, dalam usahanya memecahkan misteri kematian anjing tetangganya namun usaha Christopher ini justru mengungkap rahasia yang lain terkait dengan keluarganya. Keunikan novel ini terutama terletak pada sudut pandang penulisannya yaitu sudut pandang Christopher yang penyandang sindrom Asperger, meskipun penulisnya adalah orang normal. Penghayatan sang penulis yang sangat baik mampu membantu kita mengetahui apa yang dirasakan oleh penyandang sindrom Asperger. Mark Haddon berhasil membuat pembaca memahami pikiran Christopher yang sangat logis dan matematis, bertingkah sangat aneh, terkadang tidak fokus saat bercerita, tidak dapat memahami emosi orang lain, dan hanya memahami arti kata-kata atau kalimat secara harafiah saja.

Dalam novel ini tergambar bahwa Christopher yang sulit berhubungan dengan orang lain, termasuk keluarganya sendiri, justru sangat luar biasa dalam bidang matematika dan komputer. Tingkat kecerdasannya pun diatas rata-rata. Hal ini mungkin bertentangan dengan paham orang awam yang memukul rata bahwa tingkah laku yang aneh seperti tingkah laku Christopher sama dengan idiot. Perlakuan orang-orang yang tidak paham akan kebutuhan khusus anak-anak seperti ini dapat mematikan potensi si anak. Pemahaman yang cukup mengenai sindrom Asperger dengan autisme lainnya menurut saya sangat penting.

Lalu, apa sebenarnya sindrom Asperger itu? Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan kemampuan untuk berinteraksi dan berperilaku pada umumnya yang gejalanya dapat dilihat sejak usia sekitar 3-4 tahun. Disebut sebagai gangguan perkembangan dan bukan penyakit mental karena pada sindrom ini tidak terdapat penurunan kemampuan berbahasa dan kognitif yang signifikan. Sindrom ini memiliki banyak persamaan dengan autisme, yaitu kemampuan sosial yang lemah, juga kecenderungan minat dan rutinitas. Tingkah laku mereka yang aneh kadang dianalogikan dengan makhluk asing yang tinggal di planet yang salah.

Ciri-ciri dari sindrom Asperger salah satunya kecenderungan pada suatu kegiatan yang diulang-ulang, rutin, dan seolah-olah menjadi semacam ritual yang hampir sama seperti ciri autisme. Ciri yang lain adalah penggunaan bahasa yang aneh, terlalu baku, monoton, atau meniru gaya bicara seorang tokoh. Penyandang sindrom ini juga memiliki kesulitan dalam penggunaan ekspresi non-verbal dan penggunaan majas, bahasa slang, juga lelucon yang artinya tidak sama dengan arti harafiahnya. Mereka hanya mengerti dan hanya menggunakan sedikit bentuk ekspresi wajah ataupun tubuh. Mereka juga mengalami kesulitan dalam bergerak atau dalam melakukan hal-hal yang memerlukan aspek motorik seperti mengendarai sepeda. Mereka sangat sensitif dan mungkin tidak menyukai sentuhan, suara keras, dan perubahan.

Potensi penyandang sindrom Asperger terletak pada kemampuan mereka dalam melakukan hal-hal yang butuh ketekunan tinggi dan jarang disukai oleh orang biasa. Kecenderungan mereka pada rutinitas, kekuatan memori yang sangat baik dan sensitifitas mereka membuat mereka mampu melakukan perhitungan panjang, memeriksa kesalahan tulisan dengan teliti, bahkan membuat program komputer dengan hasil yang luar biasa. Mereka juga terbiasa melakukan segala sesuatu dengan pertimbangan yang logis. Kesulitan mereka dalam berkomunikasi dengan orang lain juga dapat diatasi. Mereka akan berkomunikasi lebih baik jika melalui tulisan karena mereka biasanya hanya memikirkan kata-kata dan kalimat yang maksudnya sesuai dengan isinya.

Penyebab dari sindrom Asperger sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti. Sindrom ini cenderung menurun pada keluarga namun para ilmuwan belum dapat menemukan pola genetik dari sindrom ini. Pada autisme, virus diduga kuat menjadi salah satu penyebabnya termasuk virus yang telah dilemahkan dalam suntikan imunisasi cacar. Namun hal ini juga belum memiliki bukti ilmiah yang kuat.

Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944. Beliau menemukan beberapa orang anak pada penelitiannya yang memiliki kecerdasan normal namun kesulitan dalam hubungan sosial. Mereka juga parah dalam menggunakan dan merespon ekspresi non-verbal. Dalam kelompok bermain, mereka gagal menunjukan empati dan motoriknya juga kurang berkoordinasi dengan baik. Pada saat itu, Asperger menamainya “Autistic Psychopatology” dan menjelaskannya sebagai penyimpangan kepribadian yang dilihat dari isolasi sosialnya.

Penelitian Asperger yang diterbitkan di Jerman ini tidak begitu populer hingga pada tahun 1981 seorang peneliti dari Inggris yang bernama Lorna Wing menerbitkan sebuah studi lanjutan terhadap studi Asperger sebelumnya dan kemudian menamai gejala-gejala seperti itu dengan nama yang sampai saat ini digunakan yaitu “Asperger Sydrome”. Tulisan Wing ini menjadi terkenal dan pada tahun 1994 sindrom Asperger makin menjadi gangguan yang dapat didiagnosis sehingga tulisannya dijadikan patokan dari WHO (World Health Organization).

Program-program yang dapat disusun untuk menanggulangi masalah pada sindrom Asperger adalah progam pelatihan keterampilan sosial yang dilaksanakan dengan guru, terapi perilaku kognitif untuk mengontrol emosi mereka, terapi bahasa atau latihan bicara, juga pengobatan untuk depresi dan rasa cemas berlebihan yang terkadang muncul tiba-tiba. Terapi motorik juga diperlukan untuk anak dengan koordinasi motoriknya lemah. Pelatihan untuk orang tua juga sangat diperlukan agar orang tua mampu memberi dukungan yang tepat di rumah untuk anaknya.

Ketika anak-anak dengan sindrom Asperger mulai beranjak dewasa, biasanya kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri akan menjadi semakin baik dengan terapi yang efektif. Terkadang kesulitan untuk berinteraksi masih ada, namun mereka setidaknya dapat mengatasinya sementara. Banyak orang dewasa dengan sindrom Asperger yang bekerja di bidang-bidang umum dan sukses. Mereka sangat memerlukan dukungan terus-menerus hingga akhirnya mereka dapat mencapai hidup yang mandiri.

Manusia adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, termasuk sindrom Asperger ini. Di satu sisi mereka yang menyandang sidrom Asperger memiliki kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, namun di sisi lain mereka memilki kemampuan yang dapat melampaui orang-orang biasa dalam hal matematika dan komputer. Dengan perlakuan yang tepat dan pelatihan yang baik, para penyandang sindrom Asperger memiliki kesempatan besar untuk berubah atau setidaknya mampu menyesuaikan diri di masyarakat dan berhasil dalam karir ketika mereka dewasa. Bagaimana pun juga para penyandang sindrom Asperger memiliki potensi yang luar biasa dan keberhasilan mereka sangat dipengaruhi oleh dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk memaksimalkan potensi tersebut.

Sumber:

Nevis, Jeffrey S; Rathus, Spencer A; Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal/Edisi Kelima/Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Vitkus, John. 1993. Casebook in Abnormal Psychology. McGraw-Hill Inc.: United States of America.

http://www.ninds.nih.gov/disorders/asperger/detail_asperger.htm

1 komentar:

Alvian Chris Pradana mengatakan...

eh ciel mulai blogging jg..hhe